Kedai Kopi "Ngehits" Ini Tawarkan Ketenangan dan Bangunan Unik
Menikmati secangkir kopi di sela-sela kesibukan memang kini sudah menjadi gaya hidup. Tak terkecuali di Yogyakarta, yang kian hari kian banyak kedai- kedai kopi dengan ragam ciri khasnya.
Kini, kota gudeg punya alternatif wisata bagi kaum muda-mudinya, yaitu berkeliling menjamahi berbagai kedai kopi. Tentunya mencicipi ragam sajian unik andalan mereka.
Salah satu kedai yang banyak direkomendasikan netizen penggemar kopi ialah No.27 Coffee. salah satu kedai kopi yang mengusung konsep homey dan penuh ketenangan.
Meski bangunannya terlihat unik dari luar, dengan penataan bata merah yang rapi, saat ke dalamnya terasa simple dan tenang. Sang pemilik memang merancangnya untuk belajar, membaca, dan hal lain yang butuh ketenangan.
"Sangat jarang orang ramai-ramai ke sini, sekadar selfie atau menimati dekorasi yang ramai. Di sini memang terkenal buat skripsian, baca, nugas," ujar Kathrina (28) pemilik Kedai Coffee No.27
Saat membuatnya tiga tahun lalu, Kathrina hanya berpikir bagaimana membuat tempat yang nyaman untuk ia setiap hari bekerja, belajar, dan bersantai. Jadilah sebuah coffee shop yang kini kian menemukan segmen pasarnya.
Saat KompasTravel berkunjung, terlihat beberapa mahasiswa asing yang belajar kebudayaan di Indonesia sedang berdiskusi, mengerjakan tugas mereka. Ada pun di sudut-sudut ruangan dipenuhi mulai mahasiswa hingga orang dewasa yang membuka laptop dan bukunya.
Untuk kopi, kedai ini memiliki satu hidangan kopi yang menjadi ciri khas, yaitu Galyco. Kopi tersebut berasal dari biji kopi aceh gayo, yang berekstraksi dengan asam manisnya leci. Galyco ini dinikmati dalam keadaan dingin dengan es batu.
Selain itu, kedai menyediakan cappuccino, piccolo late, hingga caramel macchiato. Sedangkan menu favorit bagi ekspatriat ialah frozen avocado coffee, dan soya late juga ramai.
Salah satu hal yang menarik perhatian ialah gelas esspreso di sini menggunakan gelas keramik manual buatan tangan. Sehingga tidak seperti gelas lain yang begitu rapih, rata, dan bentuknya persis sama karena buatan mesin.
"Aku pengen ada estetikanya ketika orang minum esspreso pake dua tangan, gak pakai gagang, dirasakan tekstur gelas keramiknya yang hangat. Nikmat aja ngerasainnya," ujar Katrin.
Coffee shop ini malah ramai di hari kerja, mulai siang setelah jam makan hingga malam hari. Sedangkan akhir pekan hanya di jam-jam tertentu.
Post a Comment